Senin, 08 Maret 2010

Mari Jauhi Air Kotor

PURWOKERTO--MI: Ribuan korban banjir di Desa Nusadadi, Kecamatan Sumpiuh, Banyumas, Jawa Tengah, terpaksa mengkonsumsi air hujan, karena pascabanjir sumur mereka tidak dapat digunakan lantaran airnya berbau dan warnanya coklat.

Sementara itu, pasokan air bersih dan alat penjernih air bantuan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyumas tidak mampu memenuhi kebutuhan air bersih seluruh warga setempat.

Kepala Desa Nusadadi Kodirun mengatakan di desa itu terdapat 469 keluarga atau 2.000 lebih jiwa korban banjir.

"Sebagian besar warga mengandalkan air hujan untuk memenuhi kebutuhan air bersih sehari-hari. Memang telah ada bantuan air bersih dari Pemkab Banyumas, namun tidak mampu menjangkau secara keseluruhan. Selain itu, juga telah ada penjernih air, namun juga belum maksimal. Oleh karena itu, sebagian besar warga menyediakan ember kalau hujan turun untuk memenuhi kebutuhan air bersih," kata Kodirun, Kamis (10/12).

Ia menjelaskan, sampai sekarang warga setempat banyak yang menderita gatal-gatal pascabanjir beberapa hari lalu. "Rata-rata warga mengalami gatal-gatal, terutama pada kaki.Tim dari Puskesmas Sumpiuh juga telah turun ke lapangan untuk melakukan pengobatan," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Banyumas Widayanto mengatakan setelah banjir reda, masih ada kendala yang dihadapi warga. Mereka mengeluhkan air sumur menjadi kotor. Oleh karena itu, bila hujan airnya ditampung untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

"Karena kondisi itulah Dinkes kemudian mengirimkan dua alat penjernih air ke Kecamatan Tambak dan Sumpiuh, terutama untuk desa-desa paling selatan atau paling dekat dengan laut," kata Widayanto.

Selain itu, pihaknya membentuk Posko Kesehatan yang dipusatkan di setiap puskesmas. "Jadi warga korban banjir bisa mendatangi puskesmas kalau ada keluhan. Puskesmas bersiaga selama 24 jam," katanya.

Di sisi lain, jembatan yang menghubungkan Desa Pasiraman Kidul dengan Candinegara, Kecamatan Pekuncen, Banyumas, ambrol. Akibatnya, warga tidak dapat melintasi jembatan tersebut dan terpaksa membuat jembatan darurat di tepi jembatan yang ambrol. Namun, jembatan darurat hanya bisa dilewati pejalan kaki dan sepeda motor.

"Jembatan ambrol akibat hujan deras dan kikisan arus Sungai Watu Kumpul. Warga sangat membutuhkan jembatan karena untuk menuju kota Kecamatan Pekuncen bisa lebih dekat. Tetapi, akibat jembatan ambrol, sekarang harus memutar atau lewat jembatan darurat," ujar Sarno, 54, warga setempat. (LD/OL-01)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar